Kedai Kebun

Arts – Plants – Kitchen

Pemutaran Film “FITZCARRALDO” – German Film Club

German Film Club

Kerjasama Kedai Kebun Forum (KKF) dengan Goethe Institut Jakarta

Rabu, 1 November 2017, 19.00 WIB
Ruang Aula, Kedai Kebun Forum
Jl. Tirtodipuran 3, Yogyakarta
Terbuka untuk umum & gratis

mempersembahkan

-Sebuah drama petualangan surreal legendaris oleh Werner Herzog yang berlokasi di Hutan Hujan Brazil. Film ini sekaligus untuk menyambut agenda pembukaan Biennale Jogja XIV tanggal 2 November dengan negara tamu Brasil-

FITZCARRALDO

Sutradara: Werner Herzog, 1981, feature film, 158 menit, bahasa Jerman dengan subtitles Inggris
Pemain: Klaus Kinski, Claudia Cardinale, José Lewgoy, Miguel Angel Fuentes, Paul Hittscher

SINOPSIS

Fitzcarraldo, orang Irlandia bernama lengkap Brian Sweenay Fitzcarraldo, adalah seorang pengkhayal yang berusaha mewujudkan impiannya untuk membangun gedung opera di tengah hutan belantara. Sementara ia bersama gramofonnya tidak dipandang sebelah mata oleh baru jutawan baru yang congkak di kawasan Amazon, di kalangan anak-anak miskin di Iquitos ia dan musiknya sangat dicintai; lama ia sia-sia berusaha mencari pemodal dan hanya memperoleh dukungan dari Molly, pemilik sebuah bordil mewah. Fitzcarraldo lalu menumpang kapal uap menuju hilir salah satu anak sungai Amazon untuk mencapai daerah kebun karet yang sebenarnya tidak dapat diakses; hanya karena itu ia berhasil mendapatkan hak guna lahannya. Penghasilan dari kebun karet itu hendak digunakan untuk mewujudkan impian mengenai gedung opera.

Ketika Fitzcarraldo, yang telah ditinggalkan oleh sebagian besar awaknya, terjebak dalam situasi yang nyaris tanpa harapan di tengah daerah Indian yang belum tersentuh, lantunan suara Caruso di tengah hutanlah yang membangkitkan rasa ingin tahu dan keramahan suku Indian. Mereka melihat kapal pendatang itu sebagai benda mitos yang akan membantu mereka menghalau kutukan yang melanda daerah mereka. Karena itu mereka pun mendukung Fitzcarraldo dan rencananya yang sesungguhnya tidak masuk akal: Berhubung sungai yang langsung menuju kawasan kebun karet tidak dapat dilalui akibat adanya jeram besar, sang pemimpi berusaha mencapai tempat tujuannya lewat anak sungai Amazon lainnya – hanya saja untuk itu kapalnya harus diangkut melewati gunung. Di bawah ancaman bahaya dan dengan susah payah rencana tersebut memang berhasil, tetapi secara objektif seluruh upaya itu berakhir dengan bencana, dengan Fitzcarraldo kembali jatuh bangkrut – tetapi ia mengubah kekalahannya menjadi pawai kemenangan, dan dengan caranya sendiri tetap mewujudkan impiannya mengenai gedung opera di hutan belantara Iquito di kawasan Amazon.

Film dibuka dengan penampilan fiktif Enrico Caruso di gedung opera Manaus yang dibangun di tengah hutan menjelang awal abad kedua puluh – pada masa keemasan komoditi karet. Suara Caruso, yang diambil dari rekaman piringan hitam historis, hadir sepanjang film.

Tidak ada proyek lain Werner Herzog yang pada waktu pembuatannya telah mendapatkan perhatian dan kecaman sebanyak film ini; segala tuduhan yang dilontarkan terhadap sang sutradara dalam kaitan dengan suku Indian Aguaruna di Peru, oleh Herzog sendiri dipandang sebagai upaya untuk secara metodis mengkriminalisasi dirinya. Laporan dan kabar angin mengenai kecelakaan dan malapetaka pada waktu pengambilan gambar pun beredar, namun berbagai masalah itu tidak tampak di dalam film. Tidak ada satu adegan yang mengangkat kesulitan yang dialami selama film itu dibuat. Herzog bertutur dengan sikap tenang dan ringan yang jarang terlihat dalam film-filmnya. Dan usahanya untuk mencari atraksi visual dan menghadirkan gambar yang belum pernah dilihat (salah satu sasarannya dari segi visual!) tidak berkesan mengotot seperti yang dibayangkan orang ketika mendengar berbagai kabar miring. Kesan itu tidak timbul sekalipun pada adegan-adegan yang merupakan puncak cerita – ketika kapal yang besar itu diangkut melewati gunung. Kapal terlihat maju menaiki lereng gunung sentimeter demi sentimeter, dengan susah-payah dan sambil berulang kali merosot kembali, digerakkan terutama dengan bantuan kerekan yang dioperasikan oleh orang-orang Indian dengan mengandalkan tenaga otot, dibantu oleh mesin uap kapal yang menggulung tali jangkar yang dikaitkan di atas. Gambar-gambar itu seakan-akan berasal dari dunia mimpi. Hutan yang dilewati kapal uap pun menjelma sebagai pemandangan dalam mimpi, dan motif mimpi mengenai penaklukan gaya tarik bumi sesungguhnya termasuk bagian inti film ini. “Hanya pemimpi yang bisa memindahkan gunung”, tokoh utama Herzog berkata di tengah situasi yang mematahkan semangat – di sini menjadi terasa betapa sang sutradara mengidentifikasi diri dengan tokoh utamanya itu. Obsesi untuk merealisasikan gedung opera di tengah hutan dan mengangkut kapal ke atas gunung adalah salah satu kesamaan Herzog dan Fitzcarraldo. Tanpa obsesi tersebut film ini takkan mungkin dapat dirampungkan.

Fitzcarraldo dan Herzog – keduanya dapat dilihat sebagai sosok ambivalen, sebagai seniman yang sibuk dengan diri sendiri atau sebagai anak yang bermain tanpa beban.

Sebagaimana patutnya, keyakinan akan pesona musik mencetuskan ide yang menyelamatkan Fitzcarraldo sang petualang di saat bahaya mengancam. “Orang jahat tidak punya lagu”, demikianlah bunyi sebuah pepatah Jerman, dan karena itu Fitzcarraldo memerintahkan pemasangan corong gramafon berukuran besar di dek atas kapalnya, yang lalu memancarkan suara Caruso dengan lantang – meskipun diiringi bunyi mendesis – sehingga membuka jalan untuk pertemuan pertama dengan suku Indian. Ajakan Fitzcarraldo untuk berjabat tangan ditanggapi dengan sentuhan ujung jari yang hati-hati dan hampir berkesan magis.

Fitzcarraldo berangkat menuju hilir sungai, dan akhirnya ia kembali dari arah lain, yang menurut hukum alam sebenarnya mustahil menjadi titik tolaknya. Dengan demikian sang tokoh utama telah merampungkan sebuah pergerakan melingkar – suatu motif kesia-siaan yang sering muncul di dalam karya Herzog, di mana rencana besar kembali ke titik awal. Fitzcarraldo merayakan keberhasilan khayalannya sekaligus mengalami bencana finansial, dan kedua pengalaman itu tentu tidak asing bagi sang pembuat film dari Jerman. Petualangan ini pun tak pelak merupakan bagian dari kosmos Werner Herzog, yang pernah berujar: “Satu kekalahan itu lebih baik daripada tidak kalah sama sekali.”

Info lebih lanjut hubungi Uniph 085725809139

About Author