*UNDANGAN | INVITATION*
*”Mengingat 25 Tahun Reformasi – KKF”*
*_”Remembering 25 Years of Reformation – KKF”_*
di Galeri Kedai Kebun Forum / KKF | 1st Floor
Pembukaan / _Opening Ceremony_:
*Senin, 20 Feb 2023 | 18:00 WIB*
Pameran / _Exhibition_:
*21 Feb – 20 Mar 2023*
*13:00 – 20:00 WIB*
*Hari Minggu tutup / _Closed on Sunday_
Seperti apa Reformasi di ruang publik saat itu? Lalu, apa yang menjadi kegentingan setelah Reformasi tak terbendung?
Kejadian Reformasi tidak jauh dari peristiwa finansial “Krisis Moneter” atau “krismon” yang menimpa Indonesia di tahun 1997. Ketidakpercayaan rakyat akan pemerintahannya sendiri karena tidak bisa mengatasi hal tersebut menuntut sebuah Reformasi. Di saat yang sama, berbagai hal terjadi di berbagai daerah Indonesia, yang mungkin berkaitan langsung maupun yang “terlihat berkaitan”.
Melalui karya-karya yang disuguhkan di Kedai Kebun Forum (KKF) dalam Pameran “Mengingat 25 Tahun Reformasi”, informasi Reformasi yang tersebar dalam ruang publik akan disatukan untuk merepresentasikan wajah Reformasi. Di sini terlihat unsur-unsur penegasan pendapat melalui media yang variatif, seperti mendekonstruksi imaji pariwisata oleh Slinat, imaji TV oleh Meliantha Muliawan, dan keberadaan suara-suara dari Benny Wicaksono, I Ngurah Suryawan, Krismon Ariwijaya. Seniman juga melihat bagaimana kompleksitas relasi kuasa—represi dan kontestasi—berlangsung pada periode sekitar reformasi dan sesudahnya dari Popok Tri Wahyudi dan Sekolah Musa. Para seniman lintas generasi ini banyak menyentil perihal hidup bersama sebagai warga dan manusia, meskipun acap berhadapan sebagai negara, aparat dan warga.
***
_What did Reformasi look like in the public sphere back then? And, what was the urgency after Reformasi was unstoppable?_
_The Reformation happened not far from the Monetary Crisis that hit Indonesia in 1997. The distrust of the people in their own government for not being able to resolve it demanded a Reformation. At the same time, numerous things happened in many regions of Indonesia, which may be directly related or “seemingly related”._
_Through the artworks presented at Kedai Kebun Forum (KKF) in the exhibition “Remembering 25 Years of Reformation”, information on Reformation that spread in the public sphere will be brought together to represent the face of Reformation. Here, we can see the views and opinion expressed through various media, such as deconstructing tourism image by Slinat, the TV image by Meliantha Muliawan, and the voices by Benny Wicaksono, I Ngurah Suryawan, Krismon Ariwijaya. Artists also see how the complexity of power relations—repression and contestation—played out in the period around the reformation and afterwards from Popok Tri Wahyudi and Sekolah Musa. These cross-generational artists touch on the notion of living together as citizens and human beings, despite having to face the government, the authorities and the citizens._
***
Info lengkap mengenai rangkaian pameran *Mengingat 25 Tahun Reformasi* dapat disimak di:
_More information about the exhibition program of *Remembering 25 Years of Reformation* can be found at:_
Mengingat 25 Tahun Reformasi