Kali ini saya ingin mengenalkan teman saya, Grace Samboh. Grace, namanya penting sekali di Restoran Kedai Kebun Forum (KKF). Kok bisa? Ya, karena namanya menjadi kode khusus untuk mendapatkan Tempe Goreng yang bentuknya hancur lebur tapi rasanya enak renyah. “Tempe Grace”, sebutlah demikian ketika order maka kalian akan mendapatkan tempe goreng ala Grace. Judul ini tidak ada dalam buku menu KKF lho. Jika kalian hanya menyebut tempe goreng maka yang akan kalian terima adalah 5 potong tempe goreng rasa bawang dengan bentuk irisan yang rapi jali peni.
Awalnya begini:
Seperti pekerja-pekerja seni lainnya, Grace sering makan di KKF sambil bekerja dan bertemu dengan kolega-koleganya. Makanan yang sering dia pesan adalah Sup Bakso tanpa ayam tapi minta tambah bakso. Meskipun tidak terlalu suka makan nasi, Grace kadang-kadang pesan Nasi Goreng tanpa udang dan ayam tapi diganti bakso. Aneh ya tidak suka nasi tapi pesan nasi goreng… hehe.. Tetapi yang pasti selalu dia pesan adalah tempe goreng.
Pada suatu siang saya tiba di KKF ketika sudah ada beberapa orang di sana. Saya pesan tempe goreng. Lalu semua serentak berkata dengan nada memerintah: “Jangan yang itu! jangan yang itu! Yang seperti ini saja!”
Saya bingung, karena di meja hanya tertinggal secuil tempe tipis tidak simetris dengan kedelai lepas-lepas dan nampak remahan bawang goreng di piring.
“Apa itu?!”, saya sangat penasaran, karena penampakan di piring itu tidak mungkin berasal dari tempe goreng yang biasanya.
“Ya, ya, baiklah, aku pesan tempe goreng yang seperti mereka makan tadi”.
Tak berapa lama tempe goreng “seperti tadi” itu hadir. Saya tertawa sambil mencibir dan berteriak: “Tempe goreng apa ini?! Hancur lebur remuk!” … Semua yang di meja itu ikut tertawa sambil berkata: “Coba, coba, ayo makan! Yang remuk-remuk itu juga dimakan”.
Saya mengambil sepotong dan sejumput remukan lalu memasukkan ke mulut dan mengunyahnya. Semua memperhatikan adegan itu dan saya betul-betul merasa seperti kelinci percobaan dalam penjagaan ketat karena sedang dalam proses transformasi.
“ENAAAKKKK….”, saya langsung memuji. Tempe ala Grace ini berasal dari tempe yang diiris sangat tipis dengan bumbu seperti tempe goreng biasanya yaitu hanya bawang dan garam. Bedanya, ketika digoreng bumbu dan kedelai yang terlepas juga ikut dimasukkan ke penggorengan.
Tempe Grace akhirnya menjadi alternatif menikmati tempe bagi yang memilih rasa lebih penting daripada bentuk. Jangan lupa sebut “grace” … yaaa…
Grace Samboh adalah peneliti dan kurator seni rupa. Kami bersama 2 orang lainnya yaitu Enin Supriyanto (kurator) dan Ratna Mufida (organisator mandiri) adalah satu tim kerja di Yayasan Biennale Yogyakarta untuk program Simposium Khatulistiwa. Selain itu Grace telah beberapa kali menginisiasi proyek seni rupa di Kedai Kebun Forum. Saat ini Grace sedang mengerjakan satu proyek seni rupa Asia di Jepang bekerjasama dengan The Japan Foundation. (Yustina Neni)