German Film Club
Kerjasama Kedai Kebun Forum (KKF) dengan Goethe Institut Jakarta
Rabu, 7 Agustus 2019, 19.00 WIB
Ruang Aula, Kedai Kebun Forum
Jl. Tirtodipuran 3, Yogyakarta
Terbuka untuk umum & gratis
mempersembahkan
Ostwind
(Angin Timur)
Sutradara: Katja von Garnier, 2013, film keluarga, 105 menit, bahasa Jerman dengan subtitle bahasa Inggris
Pemain: Hanna Binke, Marvin Linke, Cornelia Froboess, Tilo Prückner, Jürgen Vogel, Detlev Buck
SINOPSIS
Karena Mika, siswi 14 tahun, tidak naik kelas, ia tidak boleh ikut ke perkemahan di tepi laut bersama sahabatnya Fanny, melainkan harus ke tempat neneknya yang galak, di daerah pedesaan dengan membawa buku pelajarannya. Di sana nyaris tidak ada sinyal ponsel – tetapi ada tempat berkuda, pemuda ramah bernama Sam yang bekerja di sana, dan terutama “Ostwind”, kuda jantan yang dianggap liar dan berbahaya. Dengan cepat terjalin persahabatan yang tidak lazim antara kuda dan gadis itu. Pengalaman ini akan membawa mereka ke petualangan tidak terduga dan mengubah keduanya.
—
Mika tidak naik kelas. Keadaan bertambah parah ketika temannya Fanny membakar dokumen raport dan kertas yang masih menyala itu jatuh ke mobil kabriolet dengan atap terbuka. Sebagai hukuman, Mika tidak boleh ikut ke perkemahan di tepi laut bersama Fanny, melainkan dikirim ke tempat neneknya yang galak, Maria Kaltenbach, di daerah pedesaan dengan membawa buku pelajarannya. Di sana tidak ada sinyal ponsel – tetapi ada daya tarik lain, sebab sang nenek mengelola tempat berkuda, mempekerjakan Sam yang ramah sebagai pengurus kuda, dan memiliki kuda bernama “Ostwind” yang liar dan dianggap tidak bisa dijinakkan. Pada malam pertamanya di tempat berkuda, Mika – yang tidak bisa tidur – masuk ke kandang Ostwind dan di sana justru terlelap. Kejadian ini sangat mengagetkan Maria dan Sam, yang menemukan gadis itu pada keesokan pagi.
Ketika mencari sinyal untuk ponselnya, Mika tanpa sengaja masuk pekarangan kakek Sam, Tuan Kaan yang eksentrik. Laki-laki tua itu terheran-heran ketika melihat bagaimana Ostwind, yang lagi-lagi kabur dari kandangnya, dapat dengan mudah ditenangkan oleh Mika. Sang cucu lalu bercerita bahwa orang tertentu dilahirkan dengan bakat langka memahami bahasa kuda. Mika memacu kuda jantan itu di lahan Tuan Kaan: Sebuah permainan yang menuntut rasa saling percaya. Kemudian gadis itu mendapat ide untuk ambil bagian dalam lomba kualifikasi berkuda untuk remaja. Tuan Kaan, yang pernah menjadi pelatih terkenal untuk lompat rintangan, akan membimbingnya. Tapi sebelum Mika diizinkan duduk di atas kuda, Kaan mengharuskannya belajar keseimbangan, irama, dan koordinasi dulu. Ketika pertama kali tampil, Mika dan Ostwind melakukan lompatan yang membuat Sam pun terbengong-bengong. Namun bahaya mengancam: Maria Kaltenbach menyalahkan Ostwald atas kecelakaan yang dialami ketika menunggangi kuda itu. Sejak itu ia harus menggunakan tongkat penyangga dan tidak pernah lagi duduk di pelana. Ia bermaksud menjual kuda itu kepada orang Hungaria, yang besar kemungkinan akan membawa Ostwind ke rumah potong Hewan. Pada hari lomba, Mika diberi kaus kaki untuk Ostwind oleh Michelle, saingannya yang merasa iri. Segera saja ia memasang kaus kaki itu, tanpa menyangka bahwa kaus kaki tersebut telah diberi obat penghangat dengan dosis berlebihan. Kuda yang kesakitan itu tidak mau melompat, Mika jatuh dari kuda, dan Sam terluka di kepala. Mika membawa Ostwind kabur ke tepi laut, keduanya jatuh sakit, tapi pada akhirnya semua kembali baik. Ketika mengobrol dengan Sam, Mika menemukan apa yang membuat Ostwind tidak mau melompat.
Gadis kecil dan kuda poni, remaja dan kuda lebih besar sudah menjadi tradisi dalam film anak internasional. Ingat saja begitu banyak film IMMENHOF yang serba manis yang diproduksi oleh kalangan film Jerman antara 1955 dan 1974 – atau film indah berdurasi 47 menit CRIN BLANC (Kuda Jantan Putih, 1952) karya Albert Lamorisse dari Perancis. Katja von Garnier dan kedua penulis skenarionya rupanya mengenal betul film-film tersebut – juga film PFERDEFLÜSTERER (Pembisik Kuda) dan banyak film lain yang memanfaatkan pesona kuda di depan kamera. Kuda jantan itu – terutama ketika berada di alam bebas – menjadi daya tarik visual utama film ini, yang tentu saja juga bercerita tentang pengekangan dan kebebasan. Ada satu adegan yang membandingkan metode pelatihan Nyonya Kaltenbach dan Tuan Kaan: Satu mengutamakan penggemblengan yang keras, satu lagi mengandalkan kepercayaan. Suatu detail penuh makna: Generasi orang tua nyaris tidak diceritakan. Sam hanya mempunyai kakek, Mika harus ke tempat neneknya. Ayah dan ibunya muncul di awal dan di akhir film saja. Tetapi film ini juga cenderung berlebihan. Maria Kaltenbach digambarkan sebagai mantan juara Olimpiade, dan di antara leluhur Ostwind terdapat Halla, kuda betina legendaris yang dahulu ditunggangi Hans Günther Winkler yang berkali-kali menjadi juara Olimpiade dan juara dunia.
Pada festival Film München 2013, OSTWIND meraih penghargaan media anak “Der Weiße Elefant” (Gajah Putih). Setahun kemudian film ini meraih “Deutscher Filmpreis” (Hadiah Film Jerman) untuk film anak terbaik.