Kedai Kebun

Arts – Plants – Kitchen

“Myth | Mitos” – Pameran Kokok P. Sancoko feat. Dedi D. Hermawan

Myth | Mitos
Pameran Kokok P. Sancoko feat. Dedi D. Hermawan

Pembukaan
Rabu, 7 April 2010 jam 19:30 WIB
Di Ruang Pamer KKF
Jl. Tirtodipuran No. 3 Yogyakarta

Dimeriahkan oleh:
* Armada Racun
* Koala

Penampilan istimewa dari:
DJ Soni
DJ Daniel

MC: Hahan & Blangkon Sangkakala

Bulan April 2010 ini ruang pamer Kedai Kebun Forum (KKF) dikelola oleh perupa Kokok P. Sancoko sebagai media eksperimen keruangan.  “Aku ingin meletakkan beberapa barang, baik barang yang jauh sebelumnya sudah aku miliki maupun barang-barang baru yang kubeli kemarin. Ruang pamer KKF terhitung kecil, hanya berukuran  6 x 9 meter persegi. Ruang kecil ini membuatku agak berbeda memperlakukannya dibanding jika aku ditawari pameran di tempat lain.  Perbedaan yang paling mengemuka ketika aku memikirkan ruang ini, aku seperti “dipaksa” membuat “hanya” satu hal. Ternyata, sederhana itu sulit”.

KKF tertarik pada Purwandhi Sancoko, demikian nama yang tertera di Kartu Tanda Penduduknya, karena perupa ini hampir selalu menyisakan ruang kosong pada setiap karya lukisannya dan membuat isyarat-isyarat “tumbuh” pada karya 3 dimensionalnya.  KKF kemudian menawari Kokok untuk melakukan eksperimen yang menggabungkan keduanya.

“Aku akan mengeksplorasi grids (garis kotak-kotak)”, lanjutnya selain meletakkan barang-barang. “Bagiku wujud kotak-kotak yang “datar” itu solusi dari sesuatu yang kacau”.  Kokok P. Sancoko, seniman kelahiran tahun 1974 yang biasanya mengelola kanvas menjadi melukis dan membuat “semacam” patung, kali ini dia mengelola ruang kosong. “Aku tidak peduli sedang bikin instalasi atau sedang menggambar, predikat itu bukan urusanku, yang jelas buku tentang Bauhaus yang aku temukan beberapa waktu lalu, sangat membantuku memecahkan kebuntuan mengelola ruang kecil ini”.

Menyulap Karya Dua Dimensi Menjadi Tiga Dimensi
Perupa Kokok P. Sancoko memainkan ilusi optik.
[Diambil dari Koran Tempo, Edisi 8 April 2010]

Dinding putih ruang pamer Kedai Kebun Forum di Jalan Tirtodipuran 3, Yogyakarta, dipenuhi garis dari goresan pensil yang membentuk bidang bujur sangkar berukuran kecil. Lalu bayangan yang membentuk sosok manusia seperti “membelok” antara lantai dan dinding. Selain itu, bayangan satu set meja-kursi. Semuanya berwarna putih dipenuhi garis pensil yang membentuk bidang kotak-kotak.

Sementara itu, di beberapa titik lantai ruang pamer, diletakkan trap kayu dengan jarak dan ketinggian tertentu. Di atas tangga kayu inilah pengunjung bisa menikmati karya Kokok P. Sancoko, 36 tahun, dalam pameran bertajuk “Myth”, 7-30 April 2010.
Dari atas tangga itu pula pengunjung memperoleh “keajaiban”, karena bayangan orang dan benda yang pada awalnya dua dimensi itu tiba-tiba berubah bentuk menjadi tiga dimensi. “Inilah yang disebut optical art,” ujar Kokok saat ditemui di ruang pamer kemarin.

Perupa yang pernah kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta angkatan 1992 ini menggunakan Agung Kurniawan, Neni, dan Imelda sebagai model karyanya. Mereka adalah pemilik dan pengelola Kedai Kebun Forum. Agung dalam posisi jongkok, Neni berdiri sembari memegang rokok, sementara Imelda dalam posisi melangkah.

Menurut Agung, materi pameran ini merupakan corak baru karya Kokok. Selama ini Kokok mengeksplorasi grids (garis kotak-kotak) untuk karya dua dimensinya. “Kali ini Kokok saya tantang melakukan pendekatan baru, dari karya dua dimensi menjadi tiga dimensi, meski tetap menggunakan grids yang sudah diakrabinya,” ujarnya.

Menurut Agung, hasil akhir karya Kokok bisa disebut sebagai site specific installation, berupa efek tiga dimensional semu dari materi dua dimensional. Efek itu akan didapat jika karya tersebut dilihat dari jarak dan ketinggian tertentu. Atau bisa juga efek itu muncul melalui bidikan lensa kamera.

Garis kotak-kotak pada tembok ruang pamer maupun pada bayangan orang dan benda memiliki dua fungsi, yakni fungsi ilusif dan matematis (logis). Menurut Kokok, garis kotak-kotak di dinding memberi ilusi ruang di belakangnya. “Itu artinya karya ini sebenarnya bisa diletakkan di mana saja, tak harus di ruangan,” ujarnya.

Pameran ini juga menghadirkan karya Dedi D. Hermawan, 32 tahun, berupa sosok bayangan manusia dan benda. Dedi mengusung karya tiga dimensional berupa dua keping kayu yang membentuk buku. Buku pertama berisi drawing sesosok perempuan yang sedang duduk. Buku kedua berisi topeng wajah manusia. Sedangkan buku ketiga berisi drawing Superhand karya Leonardo Da Vinci. Ketiga “buku” itu diletakkan di atas kotak kayu berwarna putih yang dipenuhi garis kotak. Karya ini juga merespons ruang. HERU CN

About Author