“CODEX CODE”
Pembukaan
Rabu, 3 Maret 2010
Jam 19:30 WIB
Di Ruang Pamer KKF
Jl. Tirtodipuran No. 3 Yogyakarta
Pameran
Berlangsung dari tanggal 3 s.d. 27 Maret 2010
Buka setiap hari, jam 11:00 – 21:00 WIB
(kecuali Selasa, KKF libur)
Peserta:
Aprilia Apsari, Ariela Kristantina, Bambang ‘Toko’ Witjaksono, Cahyo Basuki Yopi, DailyWhatNot, Dewi Aditia, Farah Wardani, Grace Samboh, Henry Foundation, Ican Harem, Irwan Ahmet, Jim Allen Abel, Malaikat, M. Akbar, Oom Leo, S.c.a.n.d.a.l., Uji Handoko, Wimo Ambala Bayang, Wiyoga Muhardanto, Wok the Rock.
Pengantar
Bagi seorang individu, membuat sebuah buku dipahami secara umum sebagai kerja produksi yang istimewa dan eksklusif sehingga membutuhkan waktu yang panjang, kekuatan ekonomi dan dipengaruhi oleh strata sosial yang berbelit-belit. Manuskrip yang paling akrab dikenal dan ditulis oleh manusia sejak usia belia adalah buku diary. Karena sifatnya yang sangat pribadi dan sensitif, buku diary bisa dibilang jarang dipublikasikan. Namun, buku diary memiliki nilai historis yang tinggi di saat si empunya telah meninggalkan dunia fana.
Salah satu metode produksi buku yang melawan sekat-sekat strata sosial dan ekonomi adalah munculnya apa yang dikenal dengan istilah Zine. Zine yang pada awalnya dipelopori oleh komunitas penggemar film-film fiksi ilmiah di tahun 1960-an dan kemudian populer di kalangan punk di era 1970-an yang juga dipacu oleh budaya ‘do-it-yourself’-nya telah dengan sukses menepis anggapan bahwa membuat buku itu sulit, harus sesuai dengan norma-norma sosial dan aturan baku jurnalistik dan hanya patut diproduksi oleh seorang figur publik. Di saat yang sama, gerakan seniman-seniman fluksus dan dadaisme mulai menggunakan buku sebagai medium berkesenian.
Teknologi informasi dan grafika yang kian maju pesat saat ini tentunya memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam memproduksi sebuah buku. Piranti lunak dan format data PDF yang dikembangkan oleh Adobe, weblog dan mesin cetak ‘on-demand’ beserta teknik penjilidan yang bisa dipesan dalam jumlah satuan telah memungkinkan siapapun untuk memproduksi sendiri sebuah buku dengan mudah dan murah.
Proyek pameran buku “Codex Code” yang digagas oleh FX. Woto Wibowo ini mengundang beberapa perupa, desainer, penulis, peneliti, penggemar musik, kurator seni hingga blogger untuk membuat sebuah buku. Buku disini dipahami sebagai medium ekspresi seni seperti halnya video, puisi atau lukisan. Buku ini bisa berupa naskah/manuskrip yang hanya memiliki 1 edisi atau diproduksi dalam jumlah banyak. Format buku bisa berupa fisik atau digital (PDF, weblog, multimedia interaktif). Hal ini tergantung dari konsep penciptaan.
Pameran ini nantinya diharapkan dapat memberikan sebuah tawaran media yang dapat dieksplorasi lebih jauh. Sebagai sebuah ruang yang selalu bergerilya dengan ide-ide alternatif, KKF melihat buku seni. manuskrip, serta codex, adalah sebuah bahasa terlupa yang patut mendapat tempatnya kembali. ***
Keterangan Karya Peserta “CODEX CODE”
KKF, 3 – 27 Maret 2010
1. Aprilia Apsari
“Diary Ups and Down”
Diary Ups and Down adalah adalah rekaman visual dari kegiatan sehari-hari saya yang paling membekas di hati dan ingatan.
2. Ariela Kristantina
Saya, Dia, dan Layar
Saya memvisualkan percakapan (panjang) versi si lawan bicara yang terjadi di salah satu media chat tradisional. Visualisasinya bisa jadi jauh dari yang sebenarnya.
Ada cara khusus untuk membaca buku saya. Silahkan simak petunjuk membaca yang saya sertakan.
3. Bambang “Toko” Witjaksono
“ALHAMDULILLAH, STUDIOKU SEDIKIT RAPI”
Bermula dari melihat banyaknya barang2 yang berserakan di studio saya, ada lembaran undangan pameran, undangan rapat, catalog, bungkus rokok, botol aqua plastic, kain bekas, nota bekas, tas kresek, dan segala macam tetek bengek lain yang saling bertumpukan tak rapi.
Berkas-berkas tadi, yang sebutlah sampah, barang yang tersisa, ternyata mempunyai memori bagi saya, terlebih ketika saya membacanya kembali. Kadang disebalik nota bekas, saya tulis alamat email seseorang yg baru saya kenal, atau nomer handphone kawan baru,dll. Sehingga saya menjadi bingung dan akhirnya malas untuk membersihkan studio saya.
4. Farah Wardani
Highlights of Wawah’s Geekdom
Farah Wardani featuring Web Jockey M. Dzulhami Yahya
Selected items from my blog farahwardani.multiply.com, dalam bentuk buku multimedia.
5. Grace Samboh
Dari Tugu ke Sekaten, featuring Pitra Ayu
Semua hal adalah menarik; setidaknya, demikian saya biasa berpikir. Pemikiran macam itu cenderung mempermudah saya melalui hari. Tidak tahu ini; belajar! Tidak tahu itu; belajar! Kadang-kadang, ada saja hal yang terlalu sering dilihat, sehingga saya sering merasa sudah tahu; setidaknya sudah biasa. Padahal, “biasa” tidak serta-merta berarti tahu, apalagi mengerti.
“To know what you know you know,” kata seseorang yang saya temui secara tak sengaja dalam suatu acara kesenian di kota seni dan budaya ini. Wow, pikir saya, menarik juga. Kalimatnya terkesan repetitif dan terdengar sederhana, padahal melakukannya cukup susah: Mengenali apa yang kamu sadar kamu ketahui.
Bagi warga Yogyakarta dan sekitar, Tugu dan Sekaten bukan hal baru.Apakah terbiasa dengan kedua hal itu berarti mengetahuinya? Belum tentu. Proyek ini berangkat dari keterbiasaan akan Tugu (sebagai ajang wajib foto para turis) dan Sekaten (sebagai perhelatan tahunan yang “wajib-didatangi” semua orang, baik turis maupun warga kota).
6. Henry Foundation
Bukuku ini berisikan drawing beberapa koleksi cover CD dan Single band musik kesukaanku. Ternyata cover-cover tersebut sungguh dan masih berarti bagi hidup ini, sangat memorabilia. Mungkin sebagian orang jaman sekarang sudah lupa dengan kerennya cover-cover tersebut, mereka lebih senang men-download mp3 nya saja dan lupa atau mungkin gak tau kaya apa covernya. Karna lebih asik download gambar di BB17 hehe..
7. Ikhsan Syahirul Alim
“Until the Goat Take Us!!!!
Judul itu saya ambil dari film dokumenter tentang musik black metal yang berjudul “Until the Light Take Us” Di sini saya bereksplorasi dan habis-habisan tentang budaya black metal menurut kaca mata kuda saya mulai dari:
* balada
* cinta
* gossip
* logo
* makeup
* fashion
* kuliner
* seni
* ramalan bintang
* tips dan trick
* olah raga
* foto-foto
Seperti tabloid gossip semacam nova yang membahas lebih resah tentang anak muda saja!!!!
8. Irwan Ahmett
Kumpulan 100 Doa Pendek
Buku dijual seharga Rp 80.000,00/pcs.
Doa adalah sebuah titik balik ketika manusia sudah mencapai batas maksimal untuk meraih, mewujudkan atau pun memohon sesuatu. Bahasa verbal doa merupakan untaian kata-kata paling tua di dunia, sejalan dengan rentang waktu yang lama semua agama telah ‘membakukan’ sejumlah ritual untuk berdoa. Irwan Ahmett mencoba untuk membuat buku kecil berisikan kumpulan keinginan, permohonan, atau pun ungkapan untuk diaplikasikan dalam kehidupan serba instan masa kini. Terlepas doa kita dikabulkan atau tidak, mengucapkannya membuat hidup lebih bahagia.
9. Jim Allen Abel
e semmessemmes.
e semmesemmes adalah kumpulan smsku yang kutulis kembali. Aku melakukannya karena aku pelupa dan memori HPku sangat terbatas. Kemudian aku memaknainya sebagai pengarsipan sejarah secara personal. Nama-nama, waktu dan peristiwa yang ada di dalam buku catatan ini adalah fakta, kecuali ada beberapa hal yang dengan alasan tertentu, sengaja kusunting dan tidak aku tampilkan.
10. Malaikat
“Eat This”
Eat This adalah kumpulan kliping, beberapa tulisan pemikiran saya tentang “1 OF 1000 WAYS TO BE FAMOUS”. Buku ini bercerita tentang usaha dan kerja keras orang-orang untuk mencapai kesuksesan dan Terkenal, walaupun dalam usaha nya mencapai hal itu justru merugikan atau menguntungkan orang lain.
Mungkin isi dari buku ini bisa menjelaskan kebenaran dari teori Antropolog yaitu tentang kecenderungan Egois, Tamak, Merusak, dan Agresif sebagai sifat2 dasar dari Homo Sapiens.
11. Muhammad Akbar
“logociti”
Music by Fix Future, (EP) / 2009 / compact cassette (Suriakanta records)
sekedar mengingat-ingat, masa-masa indah mengkoleksi musik dalam bentuk fisik, yaitu kaset, membeli album secara penuh dari band-band lokal maupun internasional, dulu saya beli album band major dan band independent dengan menyisihkan uang saku, perlakuannya sama, dengan membeli album-album band/musisi favorit saya, menikmati satu album secara penuh, menikmati detik-detik lagu pertama, kedua, hingga terakhir, lalu membalikkannya ke side B, tanpa dengan mudah mengganti lagu/track di iTunes, menikmati perjalanan waktu, tiduran dikamar sambil melihat-lihat sampul kover albumnya, klo ada liriknya saya baca satu-satu, sampai hafal.
12. Uji “Hahan” Handoko
Buku ini berisi kumpulan drawing yang aku kerjakan dari tahun 2006 sampai sekarang dan aku melakukan beberapa seleksi pribadi drawing mana yang mungkin akan aku masukkan atau tidak aku masukkan dalam buku ini. Dalam proses pembuatan buku ini aku berkonsultasi dengan desainer muda Anang Saptoto.
Di saat pameran saya mengajak beberapa pengunjung untuk ikut berkolaborasi mewarnai gambar saya, seperti konsep sebuah buku mewarnai.
13. Wimo Ambala Bayang
Saya mempersembahan buku proyek foto saya yang berjudul I SHOT!
• I SHOT BRONTOSAURUS, GOD AND GODDESS
• I SHOT JESUS AND SANTA CLAUS
• I SHOT MARIA AND HER SON
• I SHOT PETRUK, BUDHA AND SNOW WHITE
• I SHOT POLICEMAN AND SUDIRMAN
• I SHOT TIGERS, LION AND ELEPHANTS
• I SHOT HIM AND I SHOT HER
• I SHOT THEM AND I DIDN’T SHOOT YOU
14. Woto Wibowo a.k.a. Wok the Rock
Genesis & Dua Kisah Lainnya
Buku suara ini mengisahkan 3 kejadian planet bumi beserta alam semesta dan isinya yang diambil dari beberapa sumber. Dua cerita pertama yaitu “Genesis” adalah cerita rakyat Filipina dan “Manusia Pertama” diambil dari cerita rakyat Afrika Selatan. Cerita terakhir “Perjalanan Ke Luar Angkasa” adalah sebuah cerita yang ditulis secara kolaboratif oleh user-member dari situs www.cerpenista.com. 3 kisah ini mencoba menceritakan kembali kepercayaan-kepercayaan atas penciptaan dunia dan isinya yang dikembangkan melalui imajinasi yang fantastis.
15. S.c.a.n.d.a.l
AFTER TEN YEARS FRIENDS, CALL US UNKLE
Buku berjudul ‘After Ten Years Friends Call Us Unkle’ mendokumentasikan perjalanan kreatif dari UNKL347, sebuah merek pakaian yang didirikan pada tahun 1996, yang telah membuka pintu untuk industri pakaian lokal di Bandung dan Indonesia umumnya, yang mana selama 10 tahun terakhir berkempang dengan pesat. UNKL347 tidak hanya sebuah merek yang bergerak di bidang industri pakaian, tapi juga telah menjadi sebuah entitas seni pada masa ini, membentuk budaya anak muda di seluruh Indonesia, dan di Bandung khususnya, melalui grafis yang cerdas dan profokatif.
Buku ‘After Ten Years Friends Call Us Unkle’ menyoroti variasi desain arsip UNKL347, termasuk desain pakaian, iklan cetak, katalog, stiker, kartu pos, dan materi propaganda UNKL347 lainnya yang digunakan sampai saat ini.
Selain itu, buku ini merinci perjalanan karir grafis dan fotografi beberapa seniman muda, yaitu: Albert Judiyanto, Darma Adhitia, Dylan Martorell, Evelyn Pritt, G.H.O.S.T, Jonathan Kusuma Ramli, Mark Soetantyo, Rudi Adrianto, Thinking*Room Inc. dan WhatNot.
Buku ini lebih dari sekedar memajang gambar-gambar grafis, foto-foto dan ilustrasi, buku ini juga berisi artikel-artikel dari beberapa orang yang mewakili bidangnya, termasuk: Samuel Mulia, Ronald Holoang, Joshua Simanjuntak, Nasta Soetardjo dan Gustaff Hariman.