Foto: Dok. KKF
Dua hari itu aula Kedai Kebun Forum (KKF), yang terletak di lantai dua, persis di atas ruang galeri, terlihat riuh dan sibuk. Lampunya menyala, pintunya terbuka dan terlihat banyak aktivitas. Aula KKF biasanya digunakan untuk agenda rutin pemutaran film German Film Club, Lelagu, pertunjukan yang menggabungkan musik akustik dan seni visual, atau diskusi dan workshop penggiat seni, kali ini disisipi agenda lain. Tanggal 29 dan 30 September 2016 ada sesi latihan musik di sana. Ibarat festival musik tapi dengan skala kecil, bisa dijumpai beberapa nama musisi tanah air sebut saja Frau, Cholil Mahmud ERK (Efek Rumah Kaca), Sisir Tanah, hingga Prihatmoko “Moki” Catur dari Gemati. Akan tetapi yang menjadi tokoh utama dari sesi latihan itu adalah Dialita. Sebuah paduan suara perempuan yang akan meluncurkan album perdana.
Sedikit tentang Dialita. Adalah paduan suara yang anggotanya merupakan keluarga, kerabat atau korban itu sendiri dari Tragedi 1965. Dua dari anggota Dialita adalah eks tahanan politik yang dipenjara tanpa pengadilan buah dari peristiwa kelam tersebut. Meski kini mereka tak lagi muda, kebanyakan anggota Dialita berusia di atas lima puluh tahun, namun sesi latihan dua hari itu tampak penuh antusias dan semangat.
Suasana latihan Dialita menyambut peluncuran albumnya di aula KKF terasa begitu dinamis. Bapak sang dirigen paduan suara Dialita berkoordinasi dengan Frau, musisi dan pianis selaku salah satu penata musik di project ini. Para perekam momen sibuk mengambil gambar dan video guna kepentingan dokumentasi. Tim produksi Adi Adriandi dan Yudistira Satria, hilir mudik memastikan segala kebutuhan konser peluncuran album terpenuhi, dari teknis hingga non teknis. Di sudut belakang aula juga terlihat tim artistik sibuk menyelesaikan ilustrasi visual karya seniman Wedhar Riyadi yang sekaligus menjadi sampul album Dialita.
Latihan Dialita ini merupakan bagian dari proses penciptaan rekam sejarah yang diinisiasi oleh Agung Kurniawan, perupa yang juga direktur artistik KKF. Bagi Agung semangat dan lagu-lagu Dialita yang syarat akan fakta dan proyeksi sejarah sayang jika menguap atau terkubur begitu saja. Setelah satu tahun berproses, album Dialita yang diberi judul Dunia Milik Kita akhirnya selesai dan akan diluncurkan pada 1 Oktober 2016, di Kampus Sanata Dharma Yogyakarta. |Yumaya Mija|