Kedai Kebun

Arts – Plants – Kitchen

“WELCOME to THE JUNGLE” – Pameran Tunggal dan Workshop Rudy Atjeh Darmawan

“WELCOME to THE JUNGLE”
Pameran Tunggal & Workshop – Rudy Atjeh Darmawan

1) Pameran “Welcome to The Jungle” dan Workshop
Pembukaan : Minggu, 7 Oktober 2012, jam 19:00 WIB
di Ruang Pamer KKF
Pameran berlangsung 7  s.d 23 Oktober 2012

2) Pameran Hasil Karya Peserta Workshop
di Ruang Pamer KKF,
Berlangsung, 1 – 6 November 2012

Dimeriahkan Oleh :
Kecebkings
Abram ‘Gobram’ B.
SODADOSA

Terbuka untuk umum dan GRATIS
Setiap hari jam 11:00 WIB – 21:00 WIB
(KKF tutup setiap hari Selasa)

[Artist Statement]
“Welcome to The Jungle”

“Hei apa yang dia buat, apa yang dia lakukan, iya.. yang dia lakukan?!”
Dia itu begini, dia itu begitu, dia itu memang…
Suara-suara dari sangat kejauhan yang tak langsung.
Apa urusanmu, biarkan saja aku mau melakukan apa sesukaku.
“Ingin kaya agar bisa dicintai!”, kata-kata yang selalu ada dalam memori kepalaku.
Sebuah kalimat yang sangat sederhana tapi sangat mempengaruhi.

Kita mengalami hal-hal baru setiap waktunya, selalu bergerak dan berubah. Ada yang baik maupun buruk, positif dan negatif. Yang baik pasti menyenangkan dan menentramkan jiwa, dan yang buruk sudah pasti menjadi beban pikiran yang menguras banyak energi.
Sebagai mahkluk sosial, kita memiliki kebutuhan lahir maupun batin, materi ataupun nonmateri. Kebutuhan yang remeh temeh maupun yang besar, primer dan sekunder.
Keinginan berhubungan dengan kenyataan. Mudah bagi yang bisa, pahit memang bagi yang susah.
Lika-liku permasalahan tentang masa depan, asmara, pekerjaan, status sosial bahkan juga kematian, menjadi pokok utama dalam pikiran setiap manusia.
Hidup bisa sederhana kalau kita mau, bisa mudah bagi yang mampu, bisa keras bagi yang tertindas, bisa liar bagi yang tersesat. Pikiran terlalu luas untuk ditelusuri, menerawang tanpa batas. Dan kenyataan terlalu kejam untuk diikuti.

Apapun duniamu, jalanmu,
Inilah pertarungan hidup,
Hidup untuk berfikir,
Dan hidup untuk sesuatu,
Selamat datang di kehidupan nyata,
Selamat datang di ”rimba” kehidupan.

Yogyakarta, Oktober 2012.
Rudy “Atjeh” Darmawan,

PENGANTAR

Berasal dari daerah otonomi khusus Aceh, merantau ke tanah para raja Yogyakarta, Rudy Aceh Darmawan mengikuti jejak jutaan pemuda Sumatera lainnya merantau. Sejak puluhan tahun yang lalu pulau paling padat penduduknya ini adalah tempat penyemaian bibit  bagi pemuda pemudi dari pulau-pulau lain di Indonesia. Para bapak bangsa Indonesia misalnya, adalah pemuda-pemudi  berasal dari kota-kota kecil di Sumatera, Kalimantan, Ambon, bahkan Flores. Menuju ke “pusat”nya Indonesia, seperti berhaji dan berusaha keras mewujudkan mimpi-mimpinya di pulau terpadat di Indonesia ini. Jawa sejak dulu adalah godaan. Terpikat oleh godaan itulah yang membuat Rudi Aceh angkat koper dari tempatnya dilahirkan. Bercita-cita menjadi seorang seniman, mau tidak mau Yogyakarta merupakan satu pilihan paling masuk akal; murah dan juga tempat bersarangnya para seniman penting di Indonesia. Kota dengan segala predikat eksotis bagai lampu buat laron-laron macam Rudy Aceh.

Mimpi jadi seniman dan menaklukan dunia dimulai dari kota tua ini.

Perantauan dan upaya untuk menaklukan tempat rantauannya adalah tema tersembunyi dalam karya-karya Rudy Aceh. Dengan media paper cut dia menciptakan berbagai macam binatang. Pada teknik ini deatil merupakan kata kunci. Torehan yang paling kecil, lengkungan tipis, semua di”ukir” dengan baik. Hanya menggunakan kater, kertas putih dan hitam itu dibentuk menjadi berbagai figur binatang; ular, macam, burung dan lain sebagainya. Kenapa binatang-binatang itu muncul dalam karyanya? Binatang dalam karya-karya Rudy Aceh adalah metafora dari perjalanan perantauan. Binatang-binatang ditoreh di atas kertas adalah sebuah simbol. Masing-masing jenis binatang adalah simbol dari sesuatu atau seseorang. Karya Rudy Aceh adalah fabel atau cerita binatang. Menggunakan cerita atau simbol binatang untuk menceritakan kembali dunia manusia. Fabel biasanya dipakai untuk menyentil perkara-perkara yang tidak mungkin disuarakan secara realis, seperti novel “Animal Farm” dari George Orwell misalnya. Dalam konteks karya Rudy Aceh, karakter binatang dimaksudkan sebagai sebuah metafora dari perjuangannya sebagai seorang seniman yang mencoba bertahan di rimba raya seni rupa Indonesia yang kejam.

Tidak adanya narasi utuh memang meyulitkan kita untuk mengikuti pola pikir seniman ini. Alih-alih menawarkan sebuah struktur untuk bisa diikuti dengan gampang, ia justru merumitkan; menggantung figur-figur binatang, dan lampu-lampu kemudian disorotkan pada kertas-kertas tipis berlobang. Mencipta bayangan saling kait mengait. Seperi pertunjukkan wayang tanpa kelir. Meski dalam teks verbalnya seolah dipenuhi dengan narasi, sesungguhnya inti dari karya Rudy Aceh adalah pada permainan bayangan dan “ukiran” kertasnya. Narasi fabel bisa jadi cuma numpang lewat. Bentuk macan, singa, ular, burung dan lain sebagainya adalah kumpulan figur-figur yang secara acak dihubungkan satu sama lain oleh ruang galeri. Ruang galeri menawarkan pengalaman seperti di dalam rimba dan kita seolah sedang berteduh dari terik matahari dengan bernaung di bawang payung pohon tropis yang lebat.

Saya kira cara tepat menikmati karya dalam pameran ini adalah dengan membiarkan kita terpukau pada detilnya, lalu tersesat di dalamnya.

Agung Kurniawan, Direktur Artistik Kedai Kebun Forum.

PROFIL SINGKAT

Rudy Darmawan, yang akrab di sapa Atjeh ini, lahir di Langsa, 15 Mei 1982. Pemuda asal Aceh ini mulai menempuh pendidikan di jurusan Seni Grafis, ISI, Yogyakarta pada tahun 2002. Rasa cinta pada Seni Grafis semakin dikembangkan melalui media paper cut. Berbagai hasil karya yang diciptakan secara detail dengan bentuk berbagai macam binatang ini, seolah membuktikan bahwa baginya seni itu sederhana, menyenangkan dan jujur, sehingga tidak ada kata sulit untuk membuat sebuah karya seni. Penasaran mengetahui detail dari hasil karya ciptaannya, dapat dilihat dengan klik (www.rudyatjeh.blogspot.com).

_

Didukung oleh :

Kedai Kebun Forum; Kedai Kebun Restaurant; Jogja Media Net; Acehouse; GAS; Areaxyz.

About Author