Kedai Kebun

Arts – Plants – Kitchen

Pemutaran Film “ Süsses Gift – Hilfe als Geschäft (Racun Manis – Bantuan sebagai Bisnis)” – German Film Club

susses gift gfc

susses gift gfc

German Film Club

Rabu, 5 Oktober 2016, 19.00 WIB
Ruang Aula, Kedai Kebun Forum
Jl. Tirtodipuran 3, Yogyakarta
Terbuka untuk umum & gratis

mempersembahkan

Süsses Gift – Hilfe als Geschäft (Racun Manis – Bantuan sebagai Bisnis)

– Pemutaran film di ikuti diskusitentang manfaat dan masalah pembantuan Internasional di Indonesia (dengan ahli dari ASB, CIRCLE, GIZ, UGM) –

SINOPSIS

Film dokumenter “Süßes Gift – Hilfe als Geschäft“ menyoroti berbagai tabu seputar solidaritas untuk Afrika. Dengan mengambil studi kasus Mali, Kenya, dan Tanzania, film ini mengevaluasi dampak bantuan pembangunan dari sudut pandang orang Afrika dan bertanya: Mengapa setelah waktu lima puluh tahun dan dana bantuan sejumlah 450 miliar Euro Afrika belum juga melakukan loncatan pembangunan yang diharapkan?

Sutradara Peter Heller bersama tokoh intelektual dan praktisi Afrika sampai pada kesimpulan yang tidak membesarkan hati: Bantuan selama puluhan tahun itu ternyata sia-sia. Sementara negara-negara utara berhasil mengamankan puluhan ribu tempat kerja, negara-negara penerima justru mengalami letargi. Film ini bukan hanya menyoroti masa lalu, tetapi juga membahas pendekatan baru seputar bantuan dan kerja sama, baik dari sudut pandang Eropa maupun Afrika.

Benarkah bantuan pembangunan itu membantu pembangunan? Bantuan keuangan dari utara untuk membantu Afrika sejauh ini tidak dapat dikatakan kurang – lebih dari 450 miliar Euro telah disalurkan selama 50 tahun terakhir, setara dengan empat „Rencana Marshall“. Hanya saja hasilnya memilukan: Pangsa Afrika Sub-Sahara pada perdagangan dunia – di luar ekspor minyak – semakin kecil, sedangkan utang negara dan kemiskinan justru meningkat. Meskipun demikian banyak pihak di negara-negara kaya tetap menganggap penambahan bantuan pembangunan sebagai obat mujarab untuk mengatasi permasalahan di Afrika.

Sekelompok warga independen Afrika, yang sementara ini masih berjumlah sedikit tetapi terus bertambah, mengampanyekan perubahan radikal dan penghentian „bantuan“ seperti itu. Menurut mereka, itulah cara yang tepat untuk meruntuhkan struktur-struktur kekuasaan yang selama ini menghambat pembaruan di bidang demokrasi dan ekonomi. Negara-negara Afrika akan menyadari dan memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan oleh integrasi perekonomian timbal balik, dan sektor swasta yang selama ini umumnya terpuruk akan dapat berkembang. Penguasa lalim biasa menyalahgunakan bantuan yang diberikan untuk memperkuat rezim, menghancurkan institusi demokratis yang tradisional, dan menghalangi pertumbuhan institusi baru. Kekuatan pasar dan perdagangan dimatikan, sementara birokrasi dan intervensi negara dipupuk. Bantuan yang diberikan menyuburkan korupsi, mendorong pembelian senjata, dan mempercepat perusakan lingkungan.

Mengapa sesuatu yang dilandasi niat baik tidak dapat memberikan hasil yang baik? Masalah yang dihadapi Afrika tidak semuanya muncul karena sebab internal. Tetapi setelah 50 tahun merdeka, solusinya hanya dapat diupayakan oleh orang Afrika sendiri. Kalau saja mereka diberi kebebasan untuk mencari pemecahan tersebut, Afrika dapat menjadi benua yang berkembang pesat. Karena bantuan dari luar hanya bisa masuk atas persetujuan rezim-rezim setempat yang patut dipertanyakan, orang Afrika tidak kunjung menikmati kebebasan itu.

Selama struktur internal negara-negara penerima bantuan tidak direformasi, pemberian bantuan yang lebih baik pun, seperti ditawarkan secara berkala negara donor dan organisasi keuangan internasional, takkan banyak gunanya. Karena itulah suara-suara kritis di Afrika menentang industri bantuan pihak Barat, yang tidak memiliki keinginan untuk mengembangkan solusi nyata, karena hidup dari permasalahan yang ada di Afrika.

UE membanggakan diri sebagai pemberi bantuan pembangunan terbesar di dunia, sementara negara-negara anggotanya serta berbagai organisasi bantuan non-negara di Afrika memperebutkan proyek-proyek yang paling menarik.

Untuk sementara para pengritik dari Afrika takkan berhasil memperjuangkan kepentingan mereka. Pihak pemerintah penerima bantuan dan „industri bantuan” telah membentuk tembok kokoh: Organisasi bantuan luar negeri di Afrika mempekerjakan sekitar 40.000 orang.

Info lebih lanjut hubungi Uniph 085725809139

About Author