Kedai Kebun

Arts – Plants – Kitchen

Pemutaran Film “Kinshasa Symphony” – German Film Club, kerjasama KKF & Goethe Institut

Pemutaran Film :
“Kinshasa Symphony”
Kerjasama Kedai Kebun Forum (KKF) dengan Goethe Institut Jakarta

Rabu, 4 Desember 2013
Jam 19:00 WIB
Di Ruang Pertunjukan (Lt. 2) KKF
Terbuka untuk umum & GRATIS

SINOPSIS
Kinshasa Symphony
Sutradara: Claus Wischmann, Martin Baer, 2009, 90 menit, film dokumenter produksi Jerman, Bahasa Perancis dgn subtitle Inggeris

Para pemusik dan penyanyi dari „Orchestre Symphonique Kimbanguiste“ di Kinshasa, Republik Demokrasi Kongo merupakan satu-satunya orkes simfoni “hitam”. Mereka semua ialah pemain dan penyanyi amatir, yang di sore hari setelah pulang kerja berkumpul untuk latihan. Di akhir masa latihan mereka menggelar konser yang memukau di ibu kota mereka.

KINSHASA SYMPOHONY ialah satu dokumen mengenai dedikasi yang luar biasa. Orkestra yang didirikan tahun 1994 ini dan konser-konser yang mereka adakan bukanlah hasil satu proyek bantuan bagi negara berkembang melainkan inisiatif sendiri. Claus Wischmann dan Martin Baer mengamati latihan-latihan mereka, yang diakhiri dengan konser; kedua sutradara ini membuat kita melihat dan mendengar perkembangan mereka yang sulit dan panjang itu dan mereka juga memperhatikan masalah-masalah para pahlawan mereka – kekuatiran mereka sehari-hari dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam merealisasikan proyek musik mereka. Hal itu dimulai dari perjuangan bertahan hidup sehari-hari sampai pada pembuatan alat-alat musik yang karena keadaan darurat harus mereka buat sendiri. Sebagai pusat latihan, mereka berlatih Simfoni ke sembilan karya Beethoven. Karya-karya dari Händel dan Orff termasuk dalam karya puncak dari konser-konser final mereka.

Kadang-kadang tampak film dokumenter ini begitu kacau, spontan dan hidup seperti kota dimana film ini dibuat. Sutradara menolak komentar-komentar dan sebagai gantinya mereka membiarkan tokoh-tokoh dalam film ini berbicara sendiri. Optimisme mereka sangat mengesankan demikian pula gairah mereka terhadap musik yang tak biasa dan asing ini, yaitu musik klasik. Karena menolak komentar dari tokoh-tokoh di luar film, maka terlihat bahwa film ini kekurangan informasi mengenai latar belakang cerita – misalnya peran jemaat Kristen Kimbanguis. Simon Kimbangu, kakek dari konduktor Armand Diangienda (Armand tak pernah sekolah musik, dia mendapat pendidikan sebagai pilot) yang mendirikan jemaat ini sebagai imbangan terhadap gereja kolonial kulit putih: 1921 beliau dijatuhi hukuman mati, tapi kemudian diperingan menjadi hukuman seumur hidup dan meninggal tahun 1951 di penjara sebagai martir. Claus Wischman dalam satu wawancara menjelaskan, bahwa tanpa dukungan dari gereja ini, maka orkestra ini tak mungkin bisa bertahan selama 15 tahun. Dan hal ini dalam film hanya dapat diduga-duga saja; yang paling menentukan ialah, film KINSHASA SYMPHONY menunjukkan pada kita semua, bagaimana musik mempengaruhi hidup manusia dan bahkan sanggup mengubahnya. Atau, seperti yang dikatakan oleh seorang penyanyi paduan suara:“Bila saya menyanyikan karya Beethoven, maka saya seperti memasuki satu dunia yang lain – dan saya menjadi saya yang seutuhnya!“

Untuk mengerti KINSHASA SYMPHONY kita tidak memerlukan latar belakang musik.

About Author