Kedai Kebun

Arts – Plants – Kitchen

Pemutaran Film “Hitler’s Children” – German Film Club, Kerjasama KKF & Goethe Institut

gfc-april_600

Pemutaran Film :
“Hitler’s Children (Anak-Anak Hitler)”
Kerjasama Kedai Kebun Forum (KKF) dengan Goethe Institut Jakarta

Rabu, 1 April 2015
Jam 19:00 WIB
Di Ruang Pertunjukan (Lt. 2) KKF
Terbuka untuk umum & GRATIS

dilanjutkan dengan Diskusi “Tanggung Jawab Historis Gerenasi Berikutnya”, dengan Ita Fatia Nadia, sejarawan dan aktivis HAM.

SINOPSIS

HITLER’S CHILDREN

Sutradara: Chanoch Ze’evi, 2011, 80 menit, dokumenter, berbahasa Jerman dengan subtitle Bahasa Inggris

Pembuat film Chanoch Ze’evi asal Israel mencoba berdialog dengan para protagonisnya karena mereka besar di bawah bayang-bayang pembunuhan massal yang dilakukan oleh ayah (atau kakek atau paman) masing-masing. Bettina Göth dan Rainer Höß adalah putri dan cucu komandan kamp yang bengis Rudolf Höß dan Amon Göth. Niklas Frank adalah putra mantan gubernur jenderal Polandia semasa pendudukan. Bettina Göring dan Katrin Himmler sama-sama cucu keponakan dua tokoh berpengaruh yang menjadi arsitek rezim teror Nazi, yaitu Hermann Göring dan Heinrich Himmler. Lima potret yang saling terjalin menggambarkan betapa sulitnya generasi penerus menghadapi warisan keluarga yang mengerikan itu. Ada yang memutuskan mata rantai, ada pula yang berupaya melupakannya. Satu hal yang menghubungkan semuanya adalah pertanyaan seputar kemungkinan rekonsiliasi.

Rainer Höß pergi ke Auschwitz dalam rangka pertama kali mengunjungi lokasi kejahatan kakeknya. Akhirnya ia berjumpa dengan sekelompok anak muda dan penyintas holocaust dari Israel. Katrin Himmler, cucu keponakan sang pemimpin SS dan istri warga Israel, telah mempelajari sejarah keluarganya secara mendalam. Ia berbicara tentang upaya generasi anak untuk mencari keseimbangan, untuk menarik garis batas antara hasrat menyayangi orang tua dan pengakuan atas kesalahan mereka. Niklas Frank menganggap ayahnya sebagai monster. Eksekusi ayahnya berarti Frank tidak perlu menanggung rasa bersalah seumur hidup. Melalui publikasi bukunya dan ceramah di depan murid-murid sekolah ia melanjutkan eksekusi itu “malam demi malam”. Bettina, cucu keponakan pimpinan angkatan udara Hermann Göring, sudah lama pindah ke AS. Ia dan saudara laki-lakinya bertekad memutuskan hubungan dengan warisan keluarga untuk selamanya. Keduanya telah disterilkan.

Kritik dan rekomendasi

“Sebuah adegan yang sebenarnya juga dapat digunakan sebagai penutup film dokumenter ini: Menangis, berpelukan, memaafkan – selesai. Ze’eve sang sutradara tidak tergoda. Ia membiarkan teman seperjalanan Höß mempertahankan cara pandangnya sendiri. Bagi Eldad Beck, yang kehilangan sebagian keluarganya di Auschwitz, permintaan maaf itu datang terlalu cepat: ‘Tidak setiap cerita berakhir dengan bahagia,’ katanya. ‘Khususnya cerita ini tidak bisa berakhir. ‘“, Focus, 14.6.2012

“Penolakan paling radikal terhadap ayahnya yang termasuk pelaku kejahatan Nazi dijalani oleh Niklas Frank dan dalam buku-bukunya … juga diakui secara terbuka. Di dalam film ia pada umumnya terlihat saat tampil di sekolahan. Tidak mudah baginya untuk ‘malam demi malam mengeksekusi orang tuanya di hadapan anak-anak muda, tapi mereka pantas diperlakukan seperti itu’, ia berkomentar.” Der Tagesspiegel, 13.6.2012

“Melalui penyuntingan cermat yang dilakukan Ze’evi untuk mempertautkan berbagai cerita itu, ia memberi kesempatan kepada para protagonis untuk berbicara mengenai dimensi kesengsaraan mereka, kebingungan mereka, dan bagaimana warisan keluarga telah meracuni hidup mereka.” The Telegraph

Biografi singkat:

Chanoch Ze’evi bekerja sebagai sutradara dan produser film dokumenter di Israel dan memiliki perusahaan produksi sendiri, yaitu “Maya Productions”.
Gagasan untuk film ini dipicu oleh wawancara sang sutradara dengan Traudl Junge, sekretaris Hitler: “Saya tiba-tiba menyadari bahwa hasrat untuk memahami akar kejahatan yang kemudian melahirkan holocaust merupakan bagian penting dari ceritanya. Saya menyadari bahwa dialog dengan “pihak seberang” dapat menjelaskan banyak hal mengenai tanah subur yang menumbuhkan kebencian. Sebagai generasi penerus, kita mengemban tanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan keluarga dan bangsa, dan dengan demikian kita secara bersamaan menyampaikan pesan berisi harapan untuk masa depan.”

About Author