Kedai Kebun

Arts – Plants – Kitchen

Pemutaran Film “4 Tag im Mai” – German Film Club, Kerjasama KKF & Goethe Institut

poster-4-tage-im-mai_600

Pemutaran Film :
“4 Tag im Mai (4 Hari di bulan Mei)”
Kerjasama Kedai Kebun Forum (KKF) dengan Goethe Institut Jakarta

Rabu, 6 Mei 2015
Jam 19:00 WIB
Di Ruang Pertunjukan (Lt. 2) KKF
Terbuka untuk umum & GRATIS

SINOPSIS

4 TAG IM MAI (4 HARI DI BULAN MEI)

Sutradara: Achim von Borries, 2010/2011, 95 menit, feature film, berbahasa Jerman dengan subtitle Bahasa Inggris
Pemain: Pavel Wenzel, Aleksei Guskov, Angelina Häntsch, Gertrud Roll

Jerman di bulan Mei 1945, empat hari menjelang akhir Perang Dunia II: Sebuah kelompok pengintai Rusia menduduki rumah yatim piatu di pesisir Laut Baltik dan mencoba membuat kesepakatan dengan para penghuninya. Sementara itu, satu unit tentara Jerman masih berkemah di tepi pantai sambil menanti kesempatan menyeberang ke Denmark. Kedua belah pihak sudah letih berperang – hanya seorang pemuda yatim berusia 13 tahun ingin menjadi pahlawan dan berusaha menciptakan konfrontasi di antara kedua pasukan yang bermusuhan. Tetapi kategori “kawan” dan “lawan” sudah lama tidak mengikuti aturan propaganda perang. Namun situasi akhirnya tetap menjadi genting, karena akhlak dan kebejatan tidak memandang kebangsaan. Sebuah film tentang dan menentang perang, berdasarkan kisah nyata.

Peter yang berusia 13 tahun berlari ke tepi pantai untuk memperingatkan para prajurit Volkssturm (pasukan wamil dan sukarelawan) yang masih sangat muda. “Pasukan Rusia datang!” Tetapi mereka malah mengusir bocah itu, yang begitu bernafsu ingin menjadi tentara yang gagah berani. Seusai pertempuran yang sia-sia, Peter menemukan mayat tentara Jerman, Peter mengenakan seragamnya dan mengalungkan senapan mesinnya. Sebuah kelompok pengintai Rusia beranggotakan delapan orang saja menduduki rumah yatim piatu, tempat Peter tinggal bersama bibinya. Perempuan yang cerdas dan tegas itu menyerah kepada para serdadu Rusia, tetapi Peter ingin menjadi pahlawan dan mengarahkan senapan mesin kepada Kapten Kalmikov, yang bertindak berani dan tenang dan mengambil senapan mesin dari tangan bocah itu. Kelompok pengintai tersebut, yang ditinggalkan oleh batalion tank di bawah komando seorang mayor, mengemban perintah yang mustahil: Menjaga pantai dan menawan musuh. Di hari-hari terakhir perang itu Kalmikov terutama ingin melindungi anak buahnya. Ketika sebuah satuan Jerman muncul di pantai, Peter memberi tahu mereka bahwa tentara Rusia di rumah yatim piatu kalah jauh dalam hal jumlah dan persenjataan. Tetapi pasukan Jerman itu pun tidak ingin bertempur lagi, melainkan bermaksud menyeberang ke Denmark untuk menyerahkan diri kepada tentara Inggris. Peter kecewa, namun ia masih mempunyai satu tugas: Ia ingin melindungi Anna, yang disembunyikannya di sebuah gudang agar tidak diketahui oleh tentara Rusia. Ketika Kalmikov menemukan tempat persembunyian itu, Peter menyerang sang kapten dan sekali lagi membuat laki-laki dewasa itu menaruh hormat kepadanya. Anna lalu berada di bawah perlindungan pribadi sang perwira. Gadis muda itu jatuh hati kepada markonis Rusia bernama Fejunin, yang sempat belajar musik sebelum perang dan memainkan komposisi klasik Eropa pada piano sumbang milik panti. Peter cemburu dan marah, dan ia pun memfitnah Fejunin, yang kemudian dijatuhi hukuman tahanan. Anak buah Kalmikov menggunakan granat tangan untuk mencari ikan di pantai, dan Peter disuruh mengumpulkan tangkapan mereka; bocah itu nyaris tenggelam, tetapi diselamatkan oleh sang kapten. Situasi di pantai mulai tenang, semua orang saling membantu. Berangsur-angsur Peter menemukan sahabat yang kebapakan dalam diri “musuh” yang bernama Kalmikov. Ketika Jerman menyerah, para penghuni panti merayakan akhir perang bersama-sama para tentara Rusia. Tanpa disangka sang mayor muncul kembali bersama batalionnya. Ia menuduh sang kapten berkolaborasi dengan pihak musuh dan mencoba menggagahi Anna. Kalmikov memukulnya sampai roboh. Sang mayor memanggil anak buahnya. Peter mendatangi pasukan Jerman dan minta agar mereka melindungi para penghuni panti beserta kelompok pengintai Rusia. Pertempuran terakhir berlangsung bukan lagi antara musuh lama, melainkan antara kebaikan dan kejahatan.

4 TAGE IM MAI semula merupakan proyek Alexei Gustov, yang di sini berperan sebagai kapten, menjadi ko-produser, dan menemukan kisah ini di sebuah arsip Rusia. Achim von Borries melakukan perombakan besar-besaran terhadap rancangan skenario Gustov, dan menceritakan kisah itu dari sudut pandang bocah laki-laki berusia 13 tahun. “Menurut saya, sudut pandang kekanak-kanakan itulah yang membuat film ini begitu intim dan personal… Seperti setiap film perang yang bagus, ini adalah film perang tanpa perang, sebab yang paling membosankan pada genre tersebut adalah pertempuran.” (Achim von Borries)

Dengan demikian 4 TAGE IM MAI menceritakan gairah seorang anak salah asuh, tetapi juga menyajikan kisah adopsi diam-diam yang tidak pernah diutarakan. Peter kehilangan ayahnya karena perang, Kalmikov kehilangan putranya. Ketika bocah yang dibakar patriotisme naif itu menanyakan sepak terjang kepahlawanan sang kapten, Kalmikov menjelaskan: Seandainya putranya sempat menjadi dokter yang hebat, itulah kepahlawanan sejati. Cerita ini selalu saja kembali menyoroti penguraian sosok musuh di zaman yang kacau-balau. Musik klasik dari piano sumbang pun, yang selalu kembali terdengar, bercerita mengenai dunia yang sedang mencari keselarasan yang hilang, tidak ubahnya kawanan burung di angkasa yang, dengan diikuti pandangan mata penuh kerinduan para tentara Rusia, terbang ke arah timur. Di bagian awal film sempat terlihat bagaimana tentara Rusia menangkap perempuan yang bekerja di panti dan membawanya pergi secara paksa; Achim von Borries memiliki keberanian untuk menyinggung kisah-kisah penculikan dan pemerkosaan yang sering diceritakan, sebab ia tidak bermaksud memperindah atau memperburuk sejarah, melainkan mengatasinya. Dalam hal ini ia juga didukung oleh perlakuannya terhadap bahasa: Bahasa tidak memiliki batas yang kaku, dan Peter serta pimpinan panti juga berbahasa Rusia. Kalmikov bercerita bahwa ia berasal dari Leningrad, sang pemimpin panti menggarisbawahi bahwa ia berasal dari St. Petersburg [dua nama berbeda untuk kota yang sama]. Namun pada saat yang menentukan, aturan bahasa yang resmi kehilangan kekuatannya.

About Author